Ketika Kita Menuntut Kesempurnaan



"Jangan takut pada kesempurnaan - Karena kamu tidak akan pernah mencapainya." - Salvador Dali

Seharusnya kita menyadari bahwa kita tidak akan menjadi manusia yang sempurna, menjadi manusia tanpa dosa, menjadi manusia tanpa cela, menjadi manusia tanpa kekurangan dan menjadi manusia yang tidak membutuhkan orang lain.

Jika kita telah menyadarinya bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Lalu, apakah kita juga akan menuntut seseorang untuk menjadi sempurna? Tentu tidak bukan? Dan itulah yang seharusnya yang kita lakukan.

Tidak ada salahnya jika kita melakukan yang terbaik setiap kali kita menghadapi sebuah masalah. Memang kesempurnaan bertujuan untuk menempatkan kita di jalan yang lebih baik. Namun, ada sisi buruk dari kesempurnaan yang perlu kita perhatikan.

Salah satu masalah dari kesempurnaan adalah ketika kita mencari hal sederhana lalu kita ingin hal sederhana itu menjadi sebuah obsesi. 
George Fisher mengatakan, "Ketika kamu mengejar kesempurnaan, kamu akan mengejar target yang bergerak." Ketika kita mencoba meraih kesempurnaan yang kita dapat hanyalah pekerjaan yang menguras banyak waktu jika tujuannya untuk memperoleh hal yang terbaik bagi kepentingan seorang individu. Masalah dengan obsesi adalah bahwa mereka akan fokus pada satu tujuan dan meninggalkan hal-hal penting lainnya, yang menyebabkan tidak seimbang dan terkadang membuat hidup tidak stabil.

Kesempurnaan juga salah satu penyebab sifat menunda-nunda. Salah satu sebab penundaan yang cukup sering adalah ingin perfeksionis yaitu keinginan untuk melakukan segala sesuatu setelah semuanya sempurna yang akhirnya membuat kita menunda melakukan rencana-rencana kita untuk menunggu ‘waktu yang tepat’. Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna karena segala sesuatu pasti bisa dibuat lebih baik. Kesempurnaan adalah resep utama untuk stres!! Berikan ijin pada diri Anda untuk mentoleransi beberapa kesalahan dan jadilah manusia normal. Ketika kita dituntut menjadi sempurna, kesalahan pun tidak dapat ditoleransi. Cara terbaik untuk menghindari kesalahan adalah dengan menunda melakukan sesuatu.

Akhirnya, perfeksionisme dapat menyebabkan malapetaka dalam sebuah hubungan. Ketika kita mencari kesempurnaan, kita tidak hanya membebani diri dengan hal itu, tapi kita sering memproyeksikan perfeksionisme kita ke orang lain. Kita mulai berharap terlalu banyak dan menjadi tidak toleran terhadap kesalahan orang yang kita cintai atau apapun kelemahan yang dia tampilkan. Kita berhenti menerima siapa dia dan mulai menuntut dia menjadi sempurna seperti yang kita bayangkan. Tentu saja, apa yang kita bayangkan adalah sebuah hubungan yang lebih baik dan dapat menempatkan beban yang kuat pada setiap hubungan.

Jika kita mencari pasangan hidup yang sempurna, tentu tidaklah akan dapat menemukannya. Jika kita mencari pekerjaan yang sempurna, tentu tidaklah akan kita menjumpainya. Jika kita mencari sebuah jawaban yang sempurna, tentu tidaklah kita akan mendapatkannya.

Maka dari itu, menuntut kesempurnaan terhadap suatu hal, itu adalah hal yang tak mungkin. Paling tidak kita berusaha semaksimal mungkin untuk mendekatkan diri pada kesempurnaan, atau paling tidak berusaha menjauhkan diri dari segala kemungkinan buruk.

Jika kita termasuk tipe yang suka menuntut, maka sebelum kita menuntut hal-hal yang mendekati kesempurnaan, maka tuntutlah diri sendiri terlebih dahulu untuk mengusahakannya. Jangan sampai hanya menuntut kesempurnaan dari pihak lain (misalnya kepada pasangan, pemberi kerja ataupun lainnya) sementara kita sendiri hanya menonton dan menunggu kesempurnaan itu datang pada dirinya.

Ingatlah bahwa tidak ada kesempurnaan bagi kita dan orang lain, kecuali hal-hal yang memang bisa mendekatkan diri pada kesempurnaan dan tidaklah akan terwujud usaha untuk mendekatkan diri pada kesempurnaan jika kita hanya diam dan berpangku tangan.

Apakah anda salah satu orang yang menuntut kesempurnaan?

Sekian ulasan dari artikel terapi otak tentang Ketika Kita Menuntut Kesempurnaan.
semoga bermanfaat..
Komentar
0 komentar