Seharusnya kita menyadari bahwa kita tidak akan menjadi manusia yang sempurna, menjadi manusia tanpa dosa, menjadi manusia tanpa cela, menjadi
manusia tanpa kekurangan dan menjadi manusia yang tidak membutuhkan
orang lain.
Jika kita telah menyadarinya bahwa tidak ada manusia
yang sempurna. Lalu, apakah kita juga akan menuntut seseorang untuk
menjadi sempurna? Tentu tidak bukan? Dan itulah yang seharusnya yang kita
lakukan.
Tidak ada salahnya jika kita melakukan yang terbaik setiap kali kita menghadapi sebuah masalah. Memang kesempurnaan bertujuan untuk menempatkan kita di jalan yang lebih baik. Namun, ada sisi buruk dari kesempurnaan yang perlu kita perhatikan.
Salah satu masalah dari kesempurnaan adalah ketika kita mencari hal sederhana lalu kita ingin hal sederhana itu menjadi sebuah obsesi.
George Fisher mengatakan, "Ketika kamu mengejar kesempurnaan, kamu akan mengejar target yang bergerak." Ketika kita mencoba meraih kesempurnaan yang kita dapat hanyalah pekerjaan yang menguras banyak waktu jika tujuannya untuk memperoleh hal yang terbaik bagi kepentingan seorang individu. Masalah dengan obsesi adalah bahwa mereka akan fokus pada satu tujuan dan meninggalkan hal-hal penting lainnya, yang menyebabkan tidak
seimbang dan terkadang membuat hidup tidak stabil.
Kesempurnaan juga salah satu penyebab sifat menunda-nunda. Salah satu sebab penundaan yang cukup sering adalah ingin perfeksionis yaitu keinginan untuk melakukan segala sesuatu setelah semuanya sempurna yang akhirnya membuat kita menunda melakukan rencana-rencana kita untuk menunggu ‘waktu yang tepat’.
Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna karena segala sesuatu pasti bisa dibuat lebih baik. Kesempurnaan adalah resep utama untuk stres!!
Berikan ijin pada diri Anda untuk mentoleransi beberapa kesalahan dan jadilah manusia normal. Ketika kita dituntut menjadi sempurna, kesalahan pun tidak dapat ditoleransi. Cara terbaik untuk menghindari kesalahan adalah dengan menunda melakukan sesuatu.
Akhirnya, perfeksionisme dapat menyebabkan malapetaka dalam sebuah hubungan. Ketika
kita mencari kesempurnaan, kita tidak hanya membebani diri dengan hal
itu, tapi kita sering memproyeksikan perfeksionisme kita ke orang lain. Kita
mulai berharap terlalu banyak dan menjadi tidak toleran terhadap
kesalahan orang yang kita cintai atau apapun kelemahan yang dia tampilkan. Kita
berhenti menerima siapa dia dan mulai menuntut dia
menjadi sempurna seperti yang kita bayangkan. Tentu saja, apa yang kita bayangkan adalah sebuah hubungan yang lebih baik dan dapat menempatkan beban yang kuat pada setiap hubungan.
Jika kita mencari pasangan hidup yang sempurna, tentu tidaklah akan
dapat menemukannya. Jika kita mencari pekerjaan yang sempurna, tentu
tidaklah akan kita menjumpainya. Jika kita mencari sebuah jawaban yang
sempurna, tentu tidaklah kita akan mendapatkannya.
Maka dari itu,
menuntut kesempurnaan terhadap suatu hal, itu adalah hal yang tak
mungkin. Paling tidak kita
berusaha semaksimal mungkin untuk mendekatkan diri pada kesempurnaan,
atau paling tidak berusaha menjauhkan diri dari segala kemungkinan
buruk.
Jika kita termasuk tipe yang suka menuntut, maka sebelum
kita menuntut hal-hal yang mendekati kesempurnaan, maka tuntutlah diri
sendiri terlebih dahulu untuk mengusahakannya. Jangan sampai hanya
menuntut kesempurnaan dari pihak lain (misalnya kepada pasangan, pemberi
kerja ataupun lainnya) sementara kita sendiri hanya menonton dan
menunggu kesempurnaan itu datang pada dirinya.
Ingatlah bahwa
tidak ada kesempurnaan bagi kita dan orang lain, kecuali hal-hal yang
memang bisa mendekatkan diri pada kesempurnaan dan tidaklah akan
terwujud usaha untuk mendekatkan diri pada kesempurnaan jika kita hanya
diam dan berpangku tangan.
Apakah anda salah satu orang yang menuntut kesempurnaan?
Sekian ulasan dari artikel terapi otak tentang Ketika Kita Menuntut Kesempurnaan.
semoga bermanfaat..
Sekian ulasan dari artikel terapi otak tentang Ketika Kita Menuntut Kesempurnaan.
semoga bermanfaat..